Jumat, 21 Mei 2010

MAKASSAR TEMPO DOLOE

MAKASSAR TEMPO DOLOE
Pernakah anda membayangkan wajah kota Makassar Tempo Doloe? Tanpa gedung bertingkat, tak ada mal atau supermarket. Pepohonan hijau merimbuni kota. Kendaraan yang lalu lalang masih bisa dihitung dengan jari. Pernakah anda membayangkan hal itu?
Untuk melukiskannya dengan kata-kata rasanya kurang tepat. Jadi marilah kita melihat beberapa gambar Makassar Tempo Doloe.
 














Apakah masih ada diantara foto-foto tersebut yang anda kenali? Betul. Gambar diatas adalah gambar pelabuhan Paotere, KArebosi, Gedung Walikota dan suasana jalan di masa itu. Bandingkan dengan keadaan sekarang. WOW.. jauh berbeda.

PERJALANAN KE SELAYAR

Hari ini saya lagi mood untuk menulis tentang kampung halamanku, Kabupaten Kepulauan Selayar. Pada liburan sekolah di masa-masa SMP dan SMA biasanya kumanfaatkan dengan berlibur di kampung, Kota Benteng. Kota Benteng adalah ibukota Kabupaten Kepulauan Selayar.
Pada masa itu aku senang sekali naik motor untuk ke Selayar. Jarak dari Makassar ke Benteng, Selayar ± 240 km. Motor sehari sebelum keberangkatan telah diservis agar kondisinya prima. Oli dan ban menjadi perhatian utamaku. Perjalanan dimulai setelah shalat subuh, sekitar jam 4.30 WITA. Perjalanan dimulai menuju perbatasan Makassar dengan Gowa. Jalur ini di subuh hari sudah sangat padat. Pedagang sayur dari Kabupaten Gowa dengan sepeda dan sepeda motornya berbondong-bondong menuju pasar Pabaeng-baeng atau Pasar Terong di Kota Makassar. Pete-pete juga sudah mulai mencari penumpang. Petepete adalah istilah untuk angkutan umum di Sulawesi Selatan. Mungkin karena ditrayeknya tertulis Pasar Sentral – Sungguminasa PP, maka PP tersebut yang menjadi istilah Petepete. Mungkin.
Kugas motor Honda 8oo ku hingga kecepatan 60km/jam. Pada masa itu Honda 800 termasuk motor terkenal. Susana remang subuh dan kepadatan kendaraan memaksaku untuk tidak menaikkan kecepatan. Kepadatan mulai berkurang setelah mencapai daerah Limbung, Kabupaten Gowa. Mulai dari sini kecepatan sudah dinaikkan ke 80 km/jam. Jalanan sepi membuat bisa menikmati pemandangan dikiri dan kanan jalan. Hamparan sawah dengan padi yang menguning. Terkadang kita bisa melihat desa yang ada ditengah hamparan sawah. Bagaikan oase di padang pasir.
Setelah melewati Gowa, Gerbang perbatasan Kabupaten Takalar telah didepan mata. Didaerah ini terkenal dengan Pabrik Gula, Jagung rebus, dan ikan lautnya. Kemudian kita akan memasuki kabupaten Jeneponto. Suasana gersang lansung menerpa wajah. Memang daerah ini terkenal karena kegersangannya. Makanan terkenalnya adalah Coto Kuda. Yayasan HuMus (www.yayasan humus. Blogger.com)memiliki kebun bakau, kebun Jarak dan Kelompok binaan dibidang budidaya rumput laut di Kabupaten Jeneponto . Disepanjang jalan kita akan melihat empang penggaraman dan pedagang tuak manis. Sebagaian besar waktu perjalanan dihabiskan di Kabupaten ini.
Kabupaten berikutnya adalah Bantaeng, atau disebut Butta Toa (tanah tua/yang dituakan). Belanda dahulu membuat keresidenan didaerah ini, sehingga bangunan-bagunan tua dengan arsitektur eropa masih bisa kita jumpai didaerah ini. Daerah ini terkenal dengan hasil Holtikultura, dan hasil lautnya. Anda bisa memetik strawberi lansung dari pohonnya di perkebunan strawberi. Atau ingin merasakan sejuk dan segarnya air merasa, air yang lansung dari pegunungan. Jalanan di daerah ini cukup indah pemandangannya. Kita melalui beberapa kelokan jalan yang bersisian dengan tepi pantai. Debur ombak terkadang seakan menjangkau kaki kita.
Selepas itu kita akan memasuki Kota Bulukumba. Perahu Phinisi yang terkenal itu dibuat disini oleh tangan-tangan trampil orang bantaeng. Anda mungkin pernah mendengar Suku Kajang? Suku ini tinggal di Kabupaten Bulukumba. Kehidupan mereka mirip dengan suku badui di Jawa Barat. Tujuanku adalah pelabuhan feri Bira yang letaknya berdekatan dengan objek wisata Pantai Bira. Dari sini kita akan naik Kapal Feri kepelabuhan Pammatata di Selayar.
Jam 11.00 WITA aku tiba di pelabuhan ferri Bira. Kapal Ferri yang menuju Selayar telah merapat di dermaga dan Jam 14.00 akan berlayar. Pasir pantainya sangat indah. Disekitar dermaga banyak pedangang Gogos dan makanan serta minuman ringan. Perjalanan laut menyeberangi selat Selayar memakan waktu sekitar 2 jam. Bagi yang mabuk laut sebaiknya meminum obat anti mabuk. Tabiat ombak di selat ini sulit diprediksi. Bila musim pancaroba ombak bisa mencapai ketinggian 3 meter. Tetapi nahkoda yang biasa melalui daerah ini sudah berpengalaman dan bergaul akrab dengan alam. Kondisi ombak 3 meter bagi mereka bagai buaian.
Sekitar jam 16.00, kami merapat di pelabuhan Pammatata. Pemandangan dipelabuhan ini cukup indah. Hamparan pasir putih dipadu dengan tebing dan bukit. Ratusan pohon kelapa berderet rapat di tepian. Sebanding dengan pemandangan pasir putih di pantai Kuta, Bali. Keaslian masih terasa di tempat ini. Beberapa pemudik yang menggunakan motor berbarengan menuju kota benteng, ibukota kabupaten Selayar. Disanalah aku dilahirkan. Makanya menjadi tanah kelahiran. Seandainya aku lahir di Lampung, maka lampunglah tanah kelahiranku. Perjalanan ke kota Benteng memakan waktu sekitar 1,5 jam. Perjalanan di sore hari cukup menyejukkan mata. Membuat rasa penat hilang dari peredaran darah.
Perjalan ini memanjakan mata. Berkendaraan dibawah kanopi Pohon Kelapa, sementara disisi kanan terlihat mentari mulai mendekati peraduannya. Rumah-rumah penduduk dan huma dengan pagar dari batu menghias kedua sisi jalan. Kita menelusuri tepi pantai menuju kota benteng. Timbul ide di benakku untuk suatu saat membuat dokumentasi perjalanan ini. Lebih bagus lagi bila bisa berupa film dokumnter.  Seiiring dengan sunset di sebelah kananku, kami tiba di kota Benteng Selayar. Kusempatkan dulu ke Pantai kota untuk menyaksikan sunset. Setelah puas, kupacu si Honda 800 menuju rumah bibi di selatan kota. Bibi tidak menyangka aku akan dating berlibur. Kubayangkan wajah kedua sepupuku yang akan terkejut melihat kedatanganku……AM 2010










KULINER KHAS MAKASSAR

Hari Jum’at hari yang menyenangkan, karena esok adalah hari libur. Di sini kantor hanya 5 hari kerja. Tetapi di daerah lain di Sulawesi Selatan masih ada yang 6 hari kerja. Esok hari libur, enaknya ngapain ya?. Temanku nyelutuk wisata kuliner aja, cocok dengan perutmu yang gendut. Wooo…udah menyerang fisik nih, tetapi sarannya boleh juga. Apalagi di Makassar banyak makanan khas.
Yang Paling terkenal adalah Coto Makassar, bahannya terdiri dari daging dan isi dalam Kerbau atau Sapi, dengan kuah khas yang kental. Enaknya coto Makassar dinikmati pada saat hangat dengan Ketupat. Kuahnya ditambahi taburan irisan daun bawang dan bawang goreng yang memberi rasa khas yang tidak dijumpai pada coto atau soto dari daerah lain di Nusantara. Tambahkan perasan air jeruk nipis dan kecap sesuai selera. Pasti makyos deh…itulah yang ada dalam bayanganku.






Pilihan kedua, adalah Pallu Konro. Masakan Iga Sapi atau Kerbau. Iga direbus dengan kuah kental berbumbu khas. Masakan ini cocoknya ditemani dengan sepiring nasi putih. Untuk menetralkan lemaknya, gunakalah perasan jeruk nipis. Konro saat ini juga sudah dimodifikasi dengan Konro bakar. Perbedaannya Iga dibakar dulu baru disiram kuah khas konro. Hem lezat juga ya. Mana yang enak dipilih nih?












Pilihan ketiga makan Ikan Bakar dengan Sop Saudara. Sop saudara bukan berarti saudara yang dibuat sop, karena kalau begitu kejam sekali. Lalu tidak adalagi saudara di daerah ini, karena semua dibuat sop. Ini Makanan khas yang popular dari kabupaten Pangkep. Umumnya Ikan yang digunakan adalah Ikan Bandeng. Tapi sekarang mereka juga menyediakan Ikan Laut seperti Kakap, Lamuru, Ceppa, Titan, Ikan Merah, dll. Sopnya sendiri adalah kuah daging bercampur bihun dan perkedel kentang.  
Pilihan berikutnya, adalah Pallu Basa. Mirip dengan coto Makassar. Perbedaan pada kuahnya. Jika Coto Makassar menggunakan kuah kacang Tanah, Pallu Basa mengunakan kuah yang dicampur kelapa sangrai. Kelapa parut digoreng kering/disangrai. Ini nikmat disantap dengan sepiring nasi putih hangat. Empat pilihan yang membuat pusing kepala. Yang mana dipilih ya. Dari segi harga tidak ada perbedaan. Dari segi rasa keempatnya cukup unik.

Untuk makanan penutup kita bisa memilih ES Pallu Butung, Es Pisang Ijo, Sara’ba + ubi goreng, atau Jalangkote. Kesemuanya cukup mengiurkan.
Pallu butung adalah Kolak pisang dengan kuah dari santan kelapa. Pisangnya telah dipotong kecil-kecil. Katanya makanan ini dulu dipopulerkan oleh orang Buton, maka dinamai Pallu Butung yang artinya masakan butung atau buton.
Pisang ijo mirip dengan pallu butung hanya pisangnya dibungkus dengan lapisan berwarna hijau. Bahan pembuat lapisannya mungkin dari terigu. Kuahnya juga menggunakan santan kelapa. Enaknya ditambahi sirop pisang ambon khas Makassar. Rasanya manis dan lezat ditambah aroma pandan yang menjadi pewarna hijau di kulit pisangnya.
Sara’ba mirip dengan wedang jahe di Pulau Jawa. Jahe dimasak dengan santan Kelapa dibumbui merica dan pemanis dari gula merah. Enaknya disantap dengan Ubi goreng. Minuman ini sangat cocok jika stamina lagi droop. Bahkan ada yang menambahkan dengan telur ayam setengah matang. Katanya untuk nambah libido. Jika tidak percaya silahkan ke kota Makassar dan mencicipi minuman Sara’ba.
Kalau jalangkote adalah makanan favoritku. Mirip kue pastel. Kulitnya hampir sama dengan pastel. Diisi dengan kecambah, potongan wortel, potongan kentang dan telur rebus. Semua isinya melalui proses perebusan dahulu sebelum dibungkus dengan kulit jalangkote, lalu digoreng. Rasanya lezat sekali jika kita menambahkan cairan cabai ke dalam isinya. Enak disantap disore hari bersama secangkir teh panas.
Jadi bingung nih nentuin wisata kulinernya besok. Apa pilih paginya makan coto Makassar, siangnya makan ikan bakar dengan sop saudara, sorenya Pallu butung dengan secangkir teh hangat. Atau Konro, Pallu Basa, lalu Jalangkote dengan sara’ba. Ada yang bisa membantu??????? (Wusensei 420100)