Jika anda pengemar film Indonesia, apalagi karya-karya dari Dedy Mizwar, maka judul diatas tidak asing lagi. Itu merupakan judul film terbaru Kang Dedy Mizwar. Ceritanya tentang sarjana yang kesulitan untuk mendapat pekerjaan. Kemudian bergabung dengan sekelompok pencopet, menjadi yang menangani keuangan. Kejelian melihat sisi lain dari kehidupan glamour kota dengan cerdas dan lucu di tampilkan dalam film ini. Tapi bukan synopsis film ini yang akan dibahas.
Judul ini saya pinjam melihat banyaknya keganjilan yang terjadi di negeri kita tercinta. Pemutar balikkan fakta, korupsi yang diresmikan, kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat kecil, penghamburan anggaran Negara, dan sejenisnya.
Tadi pagi, sewaktu menonton berita di telivisi, saya cukup kaget dengan kebijakan pemerintah yang akan mencabut subsidi BBM bagi kendaraan roda dua, dengan alasan jumlah pemakai kendaraan roda dua yang cukup banyak. Sehingga banyak menggunakan BBM bersubsidi.
Alasan yang cukup menyesatkan. Kenapa? Alasan jumlah kendaraan roda dua yang cukup banyak bukan alasan yang tepat. Apakah pemerintah tidak melihat alasan mengapa pengguna Sepeda motor membengkak pesat? Ini disebabkan oleh tingginya harga BBM yang berdampak kepada mahalnya ongkos angkutan umum. Karena kenaikan BBM menyebabkan kenaikan harga onderdil kendaraan umum, dan meningkatkan jumlah setoran sopir ke pemilik angkutan umum.Tingginya ongkos angkutan umum, menyebabkan masyrakat berpendapatan menegah kebawah memilih sepeda motor sebagai alternatif transport. Sebab kenaikan BBM juga berdampak kepada kenaikan berbagai jenis barang dan jasa. Misalnya bahan pokok yang naik. Uang sekolah naik, dan sejenisnya.
Dengan memiliki sepeda motor sebagai alat transportasi keluarga. Masyarakat menegah ke bawah bisa berhemat, baik dari segi waktu maupun uang. Coba kita hitung. Jika seorang pegawai yang harus ketempat kerjanya dengan 2 (dua) kali menggunakan angkot, maka berapa biaya yang harus mereka sisihkan per bulannya. Belum lagi waktu yang mereka habiskan di atas angkot. Dengan menggunakan sepeda motor mereka cukup mengisi tangki sekitar 4 liter bensin, sudah bisa digunakan sekitar 2 atau 3 hari. Apakah alasan sederhana ini tidak ditelaah oleh para ahli yang memutuskan kebijakan itu? Ataukah para pemutus kebijakan tersebut adalah orang yang bergaji lumayan dan mendapat fasilitas mobil, sehingga tidak pernah merasakan kebutuhan masyarakat menegah ke bawah? Alangkah lucunya negeri ini.
Apakah keputusan ini bukan karena dorongan pengusaha? Jumlah kendaraan sepeda motor cukup besar merupakan pangsa pasar yang mengiurkan dari segi keuntungan penjualan BBM Non Subsidi. Ini akan menguntungkan semua pengusaha yang terlibat dalam rantai pemasaran BBM Non Subsidi.
Jika keputusan ini diberlakukan juga. Itu berarti masyarakat pengguna sepeda motor mensubsidi pengguna kendaraan roda empat. Atau dengan kata lain masyarakat golongan menegah ke bawah mensubsidi masyrakat kelas atas. Alangkah lucunya Negeri Ini.(wusensei.28.05.2010)